Rabu, 13 Maret 2013

Mikroba Hutan Masa Depan Energi Bersih



University of EdinburghMikroba yang ditemukan di kawah bekas tumbukan asteroid 35 juta tahun yang lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com — Berbagai penelitian yang menunjukkan potensi mikroba dari hutan sebagai sumber energi bersih seyogianya meningkatkan upaya perlindungan kekayaan biodiversitas dan ekosistem di Indonesia. Hal itu menjadi solusi menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan semakin nyatanya dampak perubahan iklim.

”Sumber energi mikroba layak dicoba sebagai sumber energi alternatif baru. Hal ini harus makin menyadarkan kita arti penting konservasi hutan,” kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Sabtu (9/3/2013), di Jakarta.

Kepala Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan, Adi Susmianto, mengatakan, riset pemanfaatan mikroba hutan menjadi unggulan. Ia memproyeksikan industri kehutanan yang bertumpu pada pemanfaatan mikroba hutan sebagai sumber utama devisa negara akan menggantikan industri kayu dari hutan alam yang mulai turun dan harganya tak kompetitif lagi.

Ia menunjukkan, beberapa hasil kerja sama penelitian Balitbang Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Universitas California Davis, AS, yang menemukan mikroba ”khamir gembul” untuk memproduksi biodiesel. Mikroba ini didapat dari Pegunungan Mekongga, Sulawesi Tenggara, yang saat ini diusulkan jadi taman nasional.

Penelitian International Cooperative Biodiversity Group Indonesia-Amerika Serikat yang didanai National Institute of Health juga mengisolasi khamir (yeast) dari perut larva kumbang, jamur hutan, batang pohon, serasah, dan tanah di Hutan Lindung Papalia, Sulteng.

”Ternyata areal hutan menyimpan potensi luar biasa, yaitu berlimpahnya potensi mikroba untuk produksi energi yang berkelanjutan generasi kedua berbahan baku serat dengan bantuan enzim khamir,” kata Adi.

Hasil penelitian menunjukkan, asam oleat mendominasi komposisi asam lemak khamir. Asam oleat didapatkan melalui proses transesterifikasi, serupa dengan proses untuk mengonversi minyak nabati. Zat ini mencegah kristalisasi biodiesel pada suhu rendah. Penelitian potensi khamir masih terus berlanjut.

Balitbang Kehutanan berencana membangun Pusat Koleksi Mikroba Hutan Tropis (INTROF CC) untuk pemanfaatan mikroba sehingga menunjang industri makanan, kesehatan, lingkungan, dan energi. Balitbang telah mengoleksi 3.185 isolat mikroba dari hutan Indonesia, seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Batang Gadis, Way Kambas, serta Cagar Alam Anak Krakatau. Dari areal ekstrem Anak Krakatau diperoleh 399 isolat mikroba yang berpotensi dikembangkan untuk energi, kesehatan, dan perbaikan lingkungan. (ICH)

Sumber :
Kompas Cetak

2 komentar: